Amay!!!
Aku sudah lelah menunggunya, tapi dia belum datang juga. Hari sudah hampir gelap jarak dari toraja-makassar memang cukup jauh sekitar delapan sampai sembilan jam, tapi dia mengatakan padaku akan tiba pukul lima sore ini, tapi sudah satu jam aku menunggunya dia belum datang juga. Sempat terlintas dipikiranku hal-hal buruk. Mungkin saja dia sudah tiba tapi tersesat, atau dia kecelakaan tapi, pasti dia menelponku kalau dia kenapa-kenapa, pikirku sedikit menenangkan pikiran buruk yang datang .
Preeeeeppptttttt.....
suara sebuah bus yang berhenti tepat dihadapanku. Semua penumpang bus itu satu per satu turun dengan membawa
tas bawaan mereka, di pintu belakang turun sesosok makhluk manis berkemeja biru
kotak-kotak, jeans hitam dengan membawa ransel yang kelihatannya cukup ringan
dan sangat santai dengan topi hitam yang membuatnya tampil cool. Aku melihat
rapat-rapat sosok tersebut yang mengingatkanku pada seseorang. Tepat, dia mirip
dengan amay aku pun terkejut dan berteriak histeris kemudian menghampirinya. “
aamay..amaay.” teriakku sambil berlari
kecil menghampirinya, aku memeluknya. Amay spontan kaget, kemudian memandangiku
rapat-rapat. “kamu... kamu alea, kamu alea kan?.” Tanyanya memastikan diriku.
“ Iyah, aku Alea.” Jawabku.
*****
Kami
telah sampai di kamar kostku yang mungil, beralaskan karpet merah. Aku kemudian
membuatkannya secangkir teh dan mengelurkan setoples bronis, yang spesial
kubuat untuknya.
“ minumlah selagi panas dan ini bronis
kesukaanmu, aku sendiri loh yang buat.” Kataku sambil membuku tutup toples.
“ Hummm... sekarang kau banyak berubah yah
mandiri, dewasa, dan mungkin tak seperti dulu lagi padaku.” Jawabnya yang
membuatku sedikit terkejut.
“maksudnya?.” Tanyaku, tapi sebenarnya aku
mengerti maksudnya.
“Bronismu enak yah.” Jawabnya menyelah
pembicaraan.
“Iyah lumayan, makanlah sepuasnya . Bronis ini
kubuat khusus untukmu.” Kataku.
Aku mulai merasa tak nyaman ada didekatnya,
aku takut rasa itu muncul lagi. Rasa yang selama ini aku tutup rapat-rapat dan
berharap tak terbuka lagi, yang telah memakan waktu lama untuk melupakannya dan
meninggalkan kehidupanku di masa lalu, yang tanpa tujuan dan kotor. Adzan
maghrib mulai terdengar aku meninggalkannya untuk mengambil air wudhu.
Sepertinya dia sangat lelah, dan terbaring pulas di atas kasur tipis tepat di
sebelahnya kau menunaikan shalat maghrib. Salam kemudian do’a kupanjatkan
kepada Sang Kuasa, berharap Amay bisa kembali ke jalan yang benar dan
meninggalkan kebiasaan buruknya.
“Kau sholat juga?.” Tanyanya mengejutkanku,
belum sempat aku menjawab. “tentu saja, sekarang kau juga sudah berjilbabkan,
kau tak malu membawaku ke sini, bertemu dengan teman-temanmu?.”
“Tentu saja tidak, kau juga temanku kan?.”
Jawabku
mah“sekedar teman? Oh...iyah. tapi bagaimana
kalau mereka itu tau kalau aku ini se....”
Belum sempat Amay melanjutkan kata-katanya, aku langsung memotongnya.
“kamu adalah Amay kan. Sudahlah ayo kita
makan, aku tau kau Pasti lapar.”
Di
atas karpet merah telah tersedia makanan yang kumasak sendiri. Aku mengambilkan
makanan untuk Amay dimana lauknya gulai tahu dan sambal udang.
“Wah... kamu juga sudah bisa masak yah, dan
kau juga masih ingat makanan favoritku.” Komentarnya
“Iya.” Jawabku singkat.”selama tiga tahun ini
kau sibuk apa saja?.” Tanyaku.
“Aku kuliah dan mengembangkan hobbiku.”
“Keluargamu apa kabar?.”
“mereka baik. Selama ini aku mencarimu tapi
baru dapat sekarang dari Loren sepupuku.”
“Iyah, Loren teman kuliahku, aku juga taw kamu
darinya.”
“Selama ini kau tidak mencariku?.” Tanya amay
yang mengejutkan dan membuatku terselak. Aku tak tau harus menjawab apa, karena
selama ini aku memang sengaja menghindar darinya. Kemudian adzan Isya
berkumandang, aku menghela nafas panjang. “Hhuuuuuu.....” dan menjadikan alasan
untuk menghindar dari pertanyaan-pertanyaannya. Aku pamit meninggalkannya untuk
mengambil air wudhu.
*****
Pagi
ini aku mengajaknya jalan-jalan ke sebuah mall, aku sebenarnya bermaksud untuk
mengajaknya ke seorang psikolog, tapi rasanya itu terlalu cepat, dan aku
mengurungkan niatku itu. Di mall aku mengajaknya ke stand pakaian wanita, aku
memilih-milih pakaian untuknya dan memintanya untuk mencoba dan
memperlihatkannya padaku. Marvelous, dia sangat cantik dan anggun, baru kali
ini aku melihat amay si gadis tomboy itu menggunakan gaun. Tapi setelah dia
mencoba gaun-gaun itu, dia kemudian melepas dan melemparkan semua gaun itu ke
wajahku.
“kau tak perlu melakukan semua itu untuk
merubahku, tak ada yang bisa merubahku kecuali diriku sendiri, termasuk kau.”
Kata-kata itu seakan menampar wajahku masuk ke celah-celah hatiku menembus
jantungku dan berdetak dengan kencang. Amay berlari meninggalkanku. Aku
mengejarnya tapi langkahnya tak secepat aku. Aku kehilangannya aku panik dan mencarinya kemana-mana,
akubertanya kepada setiap pengunjung mall, tapi tak ada yang melihatnya. Aku
terus mencari dan mencari, aku merasa sangat bersalah padanya, aku menyesal
atas apa yang telah kulakukan padanya,
aku telah menyakiti hati Amay, gadis tomboy bermata sipit berdarah tionghoa.
“Aleaa...” sapa Anita sahabatku.
“Kamu ada di sini, dengan siapa? Kok kamu
nggak ajak kami.”
“Anita, Widya... Aku sedang mencari seseorang
cewek pakai topi hitam, rambut bob, pakai kemeja merah jeans hitam. Apa kalian
melihatnya?.” Tanyaku panik
“Memangnya dia siapa?.”
“Kalian nggak liat yah, ya udah aku mau nyari dulu kalian belanja duluan
yah.” Jawabku panik
Aku masih terus mencarinya, tapi aku tak kuat
lagi berjalan. Tenggorokanku rasanya kering, aku kemudian mencari minuman
dingin. Tapi di sana di restauran solaria, Amay duduk dan menikmati segelas teh
manis. Aku menghampirinya dan sedikit demi sedikit hatiku pun merasa lega, sekalipun
rasa bersalah itu semakin besar.
“Amay... maafkan aku, aku tidak sepantasnya
melakukan itu padamu.” Pintaku mersa bersalah, tapi amay hanya diam.
“Aku tidak bermaksud seperti itu, maafkan
aku.” Pintaku untuk kedua kalinya, tapi dia masih saja diam.
“Maafkan aku, aku bersalah, aku telah
menyakiti hatimu.” Pintaku sambil memegang kedua tangannya.
“nggak apa-apa, kau pasti haus kan? Mengejar dan mencariku kemana-mana. Ini minumlah jus ini, sengaja ku pesan untukmu.” Katanya dengan lembut. Aku merasa tersentuh, setidaknya dia telah memaafkanku dan tak marah lagi padaku.
“nggak apa-apa, kau pasti haus kan? Mengejar dan mencariku kemana-mana. Ini minumlah jus ini, sengaja ku pesan untukmu.” Katanya dengan lembut. Aku merasa tersentuh, setidaknya dia telah memaafkanku dan tak marah lagi padaku.
*****
Setiba
di kampus anita dan winda langsung mengitrogasiku dengan sejumlah
pertanyaan-pertanyaan yang membuatku bingung sendiri.
“ Al kamu kemarin cari siapa sih, berlari kepanikan kesana-kemari, kayak orang kebakaran jenggot ajah.” Tanya anita dengn gaya bicaranya yang begitu serius tapi tampak l;ucu dengan ekspresi wajahnya.
“Iyah, Al kemarin kami juga ngeliat kamu makan di restauran sama seorang cowok, dia siapa sih. Pacar kamu?.” Tanya Winda padaku. Belum sempat aku menjawab, anita kemudian menyambng pembicaraan dengan nada sedikit menusik. “ wah... dia pacar kamu? Kok nggak bilang-bilang sih, sekarang Alea sudah main rahasian nih, punya pacar baru ngak bilang-bilang.”
“ Al kamu kemarin cari siapa sih, berlari kepanikan kesana-kemari, kayak orang kebakaran jenggot ajah.” Tanya anita dengn gaya bicaranya yang begitu serius tapi tampak l;ucu dengan ekspresi wajahnya.
“Iyah, Al kemarin kami juga ngeliat kamu makan di restauran sama seorang cowok, dia siapa sih. Pacar kamu?.” Tanya Winda padaku. Belum sempat aku menjawab, anita kemudian menyambng pembicaraan dengan nada sedikit menusik. “ wah... dia pacar kamu? Kok nggak bilang-bilang sih, sekarang Alea sudah main rahasian nih, punya pacar baru ngak bilang-bilang.”
“kalian apaan sih, dia temanku dia cewek.”
“terus siapa dong?.” Tannya Anita.
“terus siapa dong?.” Tannya Anita.
“oyah.. aku harus pulang duluan kasian amay di
rumah sendiri.”
“Amay..?.” Jawabnya serentak. Tapi aku tak
merespon percakapan mereka lagi, rasanya untuk menceritakan itu kepada mereka
perlu waktu yang tepat dan suasana yang mendukung, jauh dari keramaian kampu
dan kesibukan-kesibukan akan tugas yang telah menumpuk. Tapi tanpa setahuku
mereka berdua membuntutiku sampai ke kamarku.
Ku
buka pintu kamar, ternyata tak terkunci. Ku dapati Amay sedang terbaring pulas,
mungkin dia begitu lelah membersihkan kamar, mencuci pakaian, dan memasak makan
siang untukku. Dalam pulas tidurnya, ku tatap wajah imut, manis, dan chinese
itu, parasnya begitu indah, tapi mengapa dia menyalahkan kodratnya sebagai
seorang wanita. Udara di luar semakin
dingin, karena hujan nampaknya semakin deras.
Aku kemudian menyelimutinya, tak terasa pipiku basah oleh deraian air
mata, tatkala mengingat kengan-kenanganku di masa lalu dengannya. Usai
menyelimutinya aku tertegun dan mengingat-ingat kembali semuanya, mengingat
saat pertama kali bertemu dengannya hingga pertemuanku dengannya saat ini. Tapi aku
kemudian tersadar dar tegunanku, semua itu hanyala kenangan masa laluku,
kemudian cepat-cepat kubuang dari pikiranku sembari mengucap kata
Astaghfirullahuladzim. Namun tanpa setahku dari luar kaca jendela sejak
tadi Anita dan widya mengamatiku dengan
sejuta rasa penasaran. Tapi rupanya mereka tak bisa terlalu lama mengamatiku
dari jendela kaca itu, karena suara teriakan winda terdengar jelas dengan penuh
ketakutan pada seekor anak kucing yang menghampirinya karena kedinginan. Aku
kemudia membuka pintu.
“kalian...!!”.tatapku keheranan.
“Alea...!!”. jawaba mereka dengan ekspresi
kusut, penuh ketakutan bak maling yang ketangkap basah.
“kalian ngapai di situ, ayo masuk di situ
hujan deras, kalian bisa kedinginan”.
*****
Aku kemudian mengajak mereka masuk dan
menyuguhkan segelas teh hangat dan setoples bronis. Tapi rupanya mereka lebih
tertarik mendengar ceritaku tentang rasa penasarannya yang kian bergejolak dan
seaakan ingin meledak. Karena merasa kasihan dengan kegigihan mereka, aku pun
menceritakan semua yang terjadi denganku di masa lalu. Mulai dari pertama kali
berkenalan, berpacaran, dan putus dengan Amay. Mendengar ceritaku mereka seakan
tidak percaya dengan diriku di masa lalu yang kotor dan penuh dosa, tak seperti
yang mereka lihat sekarang, dihadapannya sekarang sesososk wanita penyejuk
kalbu, dengan busana muslimah yang meneduhkan. Mereka kemudian memelukku
rapar-rapat seusai aku menceritakan semuanya. Tapi entah mengapa Anita masih
bingung dengan wanita yang kucari di mall waktu itu, dan cowok yang bersamaku
di restaurant.
“Terus cowok yang di restaurant itu siapa?”.
Tanya tampak serius. Aku dan winda tertawa gelih.
“Amay!!.” Jawab kami serentak sambil mencubit
pipinya yang temben itu dengan gemash.
Amay kemudian terbangun kaget mendengar
teriakan kami.
“iyah... aku”. Jawabnya menghampiri kami
dengan mata sipitnya.
“lalu dia siapa?”. Tanya Anita lagi.
“Amay!!”. Jawab kami serentak lagi, sambil
tertawa kegelian. Amay si gadis tionghoa itu kebingungan sambil
menggaruku-garuk kepalanya dan tersenyum sipu. Aku menghampiri Amay.
“iyah.. ini Amay kekasih wanitaku di masa lalu,
gadis yang hilang di mall, dan cowok yang bersamaku di restaurant kemarin.”
Jelasku pada Anita. Gelak tawa pun kembali terpecah, tapi Amay si gadis bermata
sipit itu hanya tersenyum sipu.
AIRAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar